selangkah kaki …

selangkah kaki secuil kenangan
melambai bak nyiur ditepian pantai
mengingatkanku akan manis senyuman
yang kau beri disiang itu

lalu senja menjadi begitu merah
merona sewarna pipi tersipu-sipu

hanya melihatmu
memungut kerang-kerang itu untukku

hati remajaku begitu girang
tak perduli pulang akan dapatkan berang

marah ibuku terasa bagaikan nyanyian
telingaku menangkapnya senada alunan gendang
mengiringi soreku yang penuh kenangan

tapi aku tak perduli
membolos hari itu bersamamu adalah petualangan
mendayung perahu impian
berlayar ke negeri khayalan

ahaa, ada hati yang tengah berguncang
merajut pelan sebuah harapan
akan esok penuh kilauan
bertemu lagi indah senyuman…

***@my best friend; masih ingatkah waktu kita membolos hari itu, ke pantai di Tuban. (mungkin memori ini yang membuatku begitu suka banget ama pantai) setelah hari itu, kau terlihat marah padaku. aku yang bodoh tak bisa membaca situasinya. hahaha afwan yo say. remaja bodoh aku ini. semoga coklat itu melelehkan hatimu, hingga maaf yang tulus bisa aku dapatkan.

(ini cerita yang kau lupakan, dah ingat sekarang???)

Hujan Menari

Hujan berjatuhan
Menari-nari menusuk kaki telanjang ini

Kemarin kau masih tertawa
Mengisahkan kidung nan jenaka
Menabur kisah ribuan makna

Lalu ia merenggutmu

Membawamu pergi bersamanya

Hatiku terpaksa rela
Bukankah hujan selalu datang dan juga pergi??

Bulan Dalam Kenangan…

Aku Pergi…
Meninggalkanmu dalam gelisah berkepanjangan
Tapak kaki menyeret kenangan
Dalam riak dan buih gelombang

Aku pergi…
Meninggalkan malam yang dingin ini
Menyelimutimu dengan lara tak bertepi

Meski perih kau tak boleh memaki

Sungguh, bukan mauku
Ini juga menyakitkan hatiku
Garis telah ditorehkan
Bulan tak mungkin bertemu dengamu…

Happy Birthday Mbak Meme…

Semusim telah berlalu

Daun-daun ini telah berguguran

Satu masa itu telah lewat

Menyisakan kenangan yang terpahat indah

Meski mentari mulai beranjak ke peraduan

Esok hari ia pasti bersinar lagi

Menebar hangat dan juga terangnya

Kemilaunya bahkan mampu mengguratkan

Garis-garis kebanggaan

Akan sebuah asa berjuta gelora

Terbanglah tinggi wahai kupu-kupu

Lebarkan sayap indahmu

Hiasi dunia dengan semua warnamu…

Temaram Di Ujung Sunyi…

Temaram di ujung sunyi
Menyisakan nyanyian sendu
Mengalunkan melodi rindu,
Mendayu…

Kaki berpijak, tangan menggenggam
Secuil cinta melenakan mata
Bertaut hati tak hendak bertemu
Memainkan rona dimusim salju

Meski dinginnya menusuk sukma
Bara kecil sanggup membakar raga
Menggelegak bagai magma
Meletup-letup, meronta-ronta

Hendak kemanakah duhai cinta,
Rantai ini mengikat ujung kaki
Tak jua engkau bisa berlari
Meski sejuta asa memaksamu

Rindang pohon ini,
Kiranya cukup
Agar engkau mau menanti…

***change the paradigma. you’ll see a new world. A beautiful world – Islamic world….

Puing-Puing Dera…

Senja merayapi ujung siangku
perlahan mengguratkan warna semerah saga
merangkai redup lentera yang hendak padam

badai ini semakin mengencang
menyapu istana yang dengan susah payah aku tata
hendak menjadikannya puing-puing
hendak menghempasnya laksana dera

bertahan, harus bertahan
kiranya tangan ini menggenggam kencang
tak akan lepas pijakan kaki
harus berdiri dan tegak kembali

***Rabb, aku bergantung padamu….

Just Being Melancoly…

inspired by: Sang Angganitantri and all of my sister di Qonita-Rumah Cantik Muslimah

rintik hujan tinggal satu-satu
namun derasnya masih tersisa di hatiku
membasahi relung-relung jiwaku
menganak sungai diujung mataku
menyisakan perih bagai sembilu

berharap ikatan ini tak lekang oleh waktu
meski dera kerapkali menyapa raga
lelah tak berujung menggelayut manja
berderu, mendayu…

cinta yang telah tertanam
mengguratkan perjalanan panjang
disela tawaku, ada candamu…
diantara tangisku, ada hiburmu…
ditengah gundahku, ada dukunganmu…

duhai cinta,
terima kasih untuk segalanya…!

für all of my sisters, i love you so much…

malang, 25 april 2012
after Qiyam at beautiful night

***Rabb, berkahilah persaudaraan ini..




Getar Di Ujung Gelisahku…

tetes embun mencoba membasuh gelisah
gugup ini masih juga terasa
getar merdunya terus terngiang ditelinga

adakah lagu yang lebih merdu dari yang kau nyanyikan?
atau adakah syair yang lebih indah dari yang kau bacakan?

lalu mengapa tak jua engkau bersegera
memilih mahkota tiara di kepala
karena hanya dengan itu kau bisa menjemput surga…

***sedang menyemangati diri sendiri agar hafalan gak macet-macet. duhai Rabb, permudahlah kami dalam menghafal kitabullah. jadikanlah keluarga kami sebagai ahlul quran. aamiin…

Titian Tak Berujung

menawar keindahan denag segunung sampah
tak layak juga tak berharga
merenda hari dengan seutas elegi basi
bagai menyulut api di tubuh berduri

tengoklah matahari semakin tinggi
semburat saga telah menandai
waktumu tak lama lagi

lalu mengapa engkau berhenti?
bilah titian mestinya tetap lurus
jika surga adalah akhirnya…

***sedang menyemangati diri yang tengah kelelahan. duhai Rabb, genggamlah tangan ini. tuntun kami ke jalan lurus itu…