Gadis kecil itu, dengan segala yang ada padanya, mengingatkanku akan aku dimasa kecil dulu. Betapa tidak? Dia begitu pemarah dan sensitive, begitu kuat dan destruktif. Tak pernah bisa diam selalu saja bergerak. Tak ada satupun yang akan luput dari pandangannya.
Aku diwaktu kecil, sama seperti dia, begitu pemarah dan sensitive. Aku sungguh tak mau ada orang yang melecehkan atau merendahkanku. Menganggapku tak berdaya atau tak punya kemampuan. Aku akan berusaha semampuku untuk membuktikan bahwa aku tak sama dengan yang dipikirkan orang lain. Meski harus berkelahipun akan kejalani. Tak perduli itu anak kecil, orang dewasa, laki-laki ataupun perempuan akan ku lawan. Siapapun yang berusaha menghalangiku pasti akan mendapatkan perlawananku.
Aku tak tahu kenapa aku seperti itu. Aku hanya tak suka ada orang yang merendahkanku. Mungkin saja karena aku merasa tak istimewa seperti saudara kembarku yang begitu manis dan disukai banyak orang. Mungkin aku hanya ingin diperhatikan dan dianggap istimewa. Aku berusaha keras agar dianggap ada. Ya…mungkin saja seperti itu.
Tapi mungkin tidak begitu dalam pandangan orang lain. Mereka mengganggapku teramat menyebalkan, sembrono, egois dan tak tahu diri. Aku sendiri tak tahu, hanya saja aku diwaktu kecil merasa tak ada arti.
Hingga membuatku harus menciptakan pribadi yang harus bisa bertahan dari semua pandangan. Aku membangun tembok yang tinggi untuk melindungiku dari cemoohan dan makian orang lain. Aku harus mencurigai tiap orang yang ada disekelilingku. Aku juga harus menghadapi kejahilan teman-teman sekolahku yang usianya jauh lebih tua dariku. Maklumlah dulu anak-anak didesaku bersedia belajar ketika usianya telah lewat usia masuk sekolah. Mungkin hanya keluargakulah yang masuk sekolah diusia 7 tahun.
Anak laki-laki di kelasku rata-rata usianya 3-4 tahun diatasku. Tentu saja hal itu menyebabkan rawannya pelecehan seksual. Anak perempuan dikelasku terbiasa dicolek, disingkap roknya, dipegang pantatnya, bahkan ada juga yang berani mencium atau memegang alat vitalnya. Teman-temanku biasanya akan menangis jika diperlakukan seperti itu.
Tapi aku tak mau menangis. Aku harus mengahadapi kejahilan mereka. Aku harus melindungi diriku sendiri. Aku belajar beladiri sebisaku dengan melihat gerakan-gerakan yang biasa dipraktekan kakak laki-lakiku. Begitulah, tiba-tiba saja aku jadi jago berkelahi dengan anak-laki-laki.
Tapi guruku tak menyukai itu. Pasti aku kan dimarahi dan dihukum. Karena tak pantas seorang anak perempuan berkelahi.Tak ada yang bertanya kenapa aku berkelahi. Tak ada yang mau tahu jika aku berusaha mempertahankan diriku dan melindungi saudara kembarku dari kejahilan-kejahilan teman-temanku. Mungkin alasanku tak begitu penting bagi mereka.
Begitulah, karena pendapat yang berbeda itu aku sampai meludahi wajah guru SD-ku dan melempar kepalanya dengan batu. Waktu itu aku hanya merasa betapa guruku tak mau mengerti akan diriku. Dia hanya melihat sesuatu dari luarnya saja. Dia juga tak bertanya padaku mengapa aku berlaku seperti itu. Otak kecilku akhirnya berfikir bahwa dia adalah orang yang patut dilawan dan diberi pelajaran. Akibatnya aku harus berdiri didepan kelas hingga peajaran usai.
Tapi waktu itu aku tak menyesal sedikitpun. Karena aku tak merasa bersalah jadinya aku juga tak bersedia untuk mengakui kesalahanku dan meminta maaf pada guru SD-ku tersebut.
Aku terus berada dalam keadaan tersebut hingga aku masuk SMP. Akibatnya aku tak punya teman. Semua anak merasa takut denganku. Tentu saja dulu aku termasuk langganan dipanggil ke ruang BP (Bimbingan dan Penyuluhan), atau mungkin sekarang namanya BK (Bimbingan Konseling). Sampai-sampai kakak dan saudara kembarku tak mau mengakui sebagai adik atau saudaranya. Mungkin mereka merasa malu mempunya adik yang suka bikin onar di sekolah.
Untungnya guru olah raga dan kesenianku begitu memahamiku. Mereka tak pernah membiarkanku menganggur tak mengerjakan apapun. Sebab jika begitu, jika tidak menggangu anak yang lain pastilah aku akan berkelahi dengan anak yang menggangguku.
Guru olah ragaku melatihku bulu tangkis, berenang dan atletik yang memang merupakan bidang yang aku sukai. Mungkin menurut beliau, dari pada energiku habis untuk hal-hal yang negatif lebih baik dipakai untuk hal-hal yang bermanfaat. Aku selalu diikutkan dalam semua lomba yang berkaitan dengan olah raga. Aku akan senang sekali jika dapat memenangkan suatu kompetisi. Meski aku tahu, hanya guru olah ragaku yang bangga akan prestasiku, tapi aku tak perduli. Setidaknya aku telah membuat orang lain menghargai usahaku.
Demikian juga dengan guru kesenianku. Selain cantik, dia juga sangat memahamiku. Dia bilang anak ceroboh dan urakan sepertiku harusnya tak bisa mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan seni. Tapi aku berbeda, meski aku jago berkelahi, aku juga ahli dalam menjahit, menyulam, menari dan sedikit bisa bernyanyi. Jika ada festival seni, pastilah aku yang akan dikirim utuk mewakili sekolahku.
Meski tak ada yang merasa bahwa aku punya kelebihan, tapi setidaknya aku telah berkarya dan pernah mewakili sekolahku dalam sebuah even perlombaan ataupun festival seni.
Semua orang tetap tak perduli. Hingga suatu ketika ibuku pulang dari kontar cabang Dinas di kecamatan kami. Beliau bercerita bahwa teman kantornya pernah melihatku menari. Teman ibuku juga berkata betapa pandainya aku menari, begitu menjiwai serasa tarian itu hidup dalam diriku. Karena aku punya mata yang cukup lebar, jadilah mataku seperti bercahaya tertimpa kilauan sorot lampu panggung, begitu cantik, kata teman ibuku.
Baru kali itu aku mendengar ibuku bercerita dan membicarakan diriku dengan nada bangga. Kemudian aku merasa bahwa aku telah ada, kini orang lain bisa melihatku. Aku kecil merasa sangat senang sekali. Ahh…senangnya, aku bahagia…! Hingga membuatku semakin bersemangat untuk berkarya. Semakin rajin belajar agar semakin banyak orang yang mau melihatku. Bukan sebagai anak yang suka berkelahi dan bikin onar, tetapi sebagai anak yang berprestasi.
Aku tidak tahu, apakah ada yang bisa memahami gadis kecil itu. Apakah ada yang bertanya apa yang tengah difikirkannya? Apakah ada yang berusaha tahu bahwa ia ingin dianggap ada? Apakah ada yang tahu bawa dia juga punya kelebihan dibalik sikap melawan yang ditunjukkannya itu?
Wahai gadis kecil, terusah berjuang. Semoga ada yang mau melihatmu, melihat sinar yang kau miliki. Jangan biarkan hal buruk mengikatmu hingga tak bisa membuat dunia tersenyum padamu.
Wahai guru, lihatlah dia, pahami dia dan temukan sesuatu yang istimewa dalam dirinya. Dia butuhkan dirimu untuk membantunya keluar dari dunia yang mengungkungnya saat ini. Wahai guru ulurkan tanganmu padanya. Bantu dia mengerti bahwa ada hal-hal yang indah diluar sana untuk dilihatnya lewat mata kecilnya…..